Friday, July 30, 2010

makalah bahasa Indonesia: analisis makna polisemi pada KBBI abjad T-Z

1. Pendahuluan
Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga seringkali membingungkan. Sifat atau ciri dari bahasa itu sendiri antara lain, bahasa itu adalah sebuah sistem, bahasa itu berwujud lambang, bahasa itu berupa bunyi, bahasa itu bersifat arbitrer, bahasa itu bermakna, bahasa itu bersifat konvensional, bahasa itu bersifat unik, bahasa itu bersifat universal, bahasa itu bersifat produktif, bahasa itu bervariasi, bahasa itu bersifat dinamis, bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, dan bahasa itu merupakan identitas penuturnya.
Sebagai alat komunikasi verbal, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak ada hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu referen dari kata atau leksem tersebut.
Menurut Hockett, seorang tokoh strukturalis, bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Kedudukan kelima subsistem itu tidak sama derajatnya. Subsistem gramatika, fonologi, dan morfofonemik bersifat sentral. Sedangkan subsistem semantik dan fonetik bersifat periferal. Subsistem semantik bersifat periferal karena, makna yang menjadi objek semantik sangat tidak jelas, tidak dapat diamati secara empiris, sebagaimana subsistem gramatika (morfologi dan sintaksis).
Namun, sejak tahun enam puluhan studi mengenai makna ini menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari studi linguistik lainnya. Itu dikarenakan orang mulai menyadari bahwa kegiatan berbahasa sesungguhnya adalah kegiatan mengekspresikan lambang-lambang bahasa tersebut untuk menyampaikan makna-makna yang ada pada lambang tersebut, kepada lawan bicaranya (dalam komunikasi tulis). Jadi, pengetahuan akan adanya hubungan antara lambang atau satuan bahasa, dengan maknanya sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan bahasa itu.
Kata semantik dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (kata benda), yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Tanda atau lambang menurut Ferdinand de Saussure, terdiri dari komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dlambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa, fonologi, gramatika, dan semantik.
Dalam analisis semantik harus juga disadari, karena bahasa itu bersifat unik, dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan menganalisis bahasa lain.
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redudansi), dan sebagainya. Tetapi yang akan dibahas lebih lanjut dan mendalam di dalam makalah ini adalah polisemi.

2. Kajian Teori
Dari sekian banyak relasi makna yang terdapat dalam bahasa Indonesia, yang akan dibahas dalam makalah ini adalah relasi makna polisemi. Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu, karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Contoh:
• Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah SMP Kroto Emas. (Kepala bermakna pemimpin).
• Kepala anak kecil itu besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (Kepala berarti bagian tubuh manusia yang ada di atas).
• Tiap kepala harus membayar upeti sekodi tiwul kepada Ki Joko Cempreng. (Kepala berarti individu).
• Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman di laptop eee pc yang baru dibelinya di mangga satu. (Kepala berarti bagian dari surat).

Dalam kasus polisemi ini, biasanya makna pertama (yang didaftarkan di dalam kamus) adalah makna sebenarnya, makna leksikalnya, makna denotatifnya, atau makna konseptualnya. Sedangkan yang lainnya adalah makna-makna yang dikembangkan berdasarkan salah satu komponen makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna-makna pada sebuah kata atau satuan ujaran yang polisemi ini masih berkaitan satu dengan yang lain.
Makna-makna yang banyak dari sebuah kata yang polisemi itu masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, karena dijabarkan dari komponen makna yang ada pada makna asal tersebut. Makna-makna yang bukan makna asal dari sebuah kata bukanlah makna leksikalnya sebab tidak merujuk kepada referen dari kata itu.
Perbedaan polisemi dengan homonimi, yaitu homonimi bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama. Tentu saja karena homonimi ini bukan sebuah kata, maka maknanya pun berbeda. Oleh karena itu, di dalam kamus bentuk-bentuk yang homonimi didaftarkan sebagai entri-entri yang berbeda. Sebaliknya, bentuk-bentuk polisemi adalah sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Lalu, karena polisemi ini adalah sebuah kata maka d dalam kamus didaftarkan sebagai sebuah entri. Ada satu lagi perbedaan antara homonimi dan polisemi, yaitu makna-makna pada bentuk-bentuk homonimi tidak ada kaitan atau hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lain. Makna pada kata berpolisemi masih ada hubungannya karena memang dikembangkan dari komponen-komponen makna kata-kata tersebut.





3. Pembahasan
Setelah membahas teori-teori yang berkaitan dengan polisemi, selanjutnya adalah pembahasan tentang deskripsi data dan analisis dari data-data yang saya temukan.
 Deskripsi Data
Berikut ini adalah kata-kata yang mengandung polisemi dari alfabhet t-z :
No. Kata yang Berpolisemi Contoh Kalimat
1. Taat :
1. Senantiasa tunduk [Kepada Tuhan, pemerintah, dsb]; patuh.
2. Tidak berlaku curang; setia.
3. Saleh; kuat beribadah.
1. Nabi Muhammad SAW, menyeru manusia supaya mengenal Allah dan taat kepada-Nya.
2. Ia adalah seorang istri yang taat.
3. Jadilah anda seorang muslim yang taat.
2. Tadi :
1. Waktu yang belum lama berlalu; baru saja.
2. Saat yang baru saja lalu.
3. Yang baru lalu.
1. Tadi ia duduk disini bersama dengan ibu.
2. Sejak tadi ia sudah kuperingatkan.
3. Siang tadi, aku melihatnya duduk sendirian di taman.
3. Tahan :
1. Tetap keadaannya [kedudukannya, dsb] meskipun mengalami berbagai-bagai hal; tidak lekas rusak [berubah, kalah, luntur, dsb].
2. Kuat atau sanggup menderita [menanggung] sesuatu.
3. Dapat menyabarkan [menguasai] diri; betah.
4. Sanggup dan tidak lekas merasa jijik [kasihan, dsb].
5. Cukup [sampai atau hingga].
1. Kayu seperti ini tidak tahan terkena panas matahari.
2. Seorang petapa harus tahan lapar dan tahan menderita
3. Ia tidak tahan tinggal di asrama
4. Dia tidak tahan melihat mayat korban pembunuhan itu.
5. Persediaan air hanya tahan untuk lima hari.
4. Tajam :
1. Bermata tipis, halus, dan mudah mengiris, melukai, dsb [tentang pisau, pedang, dsb].
2. Runcing; berujung lancip.
3. Lekas dapat melakukan sesuatu [melihat, mendengar, mencium bau, merasa, dsb].
4. Kelihatan galak [tentang pandangan].
5. Pedas atau keras [tentang perkataan, kritik, dsb].
6. Mudah menangkap atau mengerti [tentang akal, pikiran, dsb].
7. Mudah dapat melukai atau menyakiti.
8. [Sangat] nyata, jelas, dsb.
9. Cerdas [tentang pikirannya].
1. Pisau cukur yang dibeli ayah sangat tajam.
2. Mobilnya berbelok begitu cepat di sudut yang sangat tajam.
3. Kucing itu sangat tajam penglihatannya.
4. Matanya memandang dengan tajamnya.
5. Baru saja ia mendapat kritikan yang sangat tajam dari temannya.
6. Otaknya kurang tajam dalam menerima pelajaran matematika.
7. Air sabun ini tajam benar, barangkali banyak sodanya.
8. Telah terdapat perbedaan pendapat yang tajam antara mereka.
9. Pikirannya tajam terhadap masalah pendidikan.
5. Takut :
1. Merasa gentar [ngeri] menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana.
2. Takwa; segan dan hormat.
3. Tidak berani [berbuat, menempuh, menderita, dsb].
4. Gelisah; khawatir (kalau....)
1. Anjing itu jinak, engkau tidak perlu takut.
2. Hendaklah kita takut kepada Allah SWT.
3. Hari sudah malam, aku takut pulang sendiri.
4. Takut terjadi apa-apa, apabila ia pergi sendirian.
6. Teduh :
1. Reda [tentang angin ribut, ombak]; berhenti ]tentang hujan].
2. Terlindung atau tidak kena panas matahari; lindap.
3. Tidak turun hujan [tentang hari]; redup atau tidak memancarkan sinar yang terik [tentang matahari].
4. Tenang; aman.
1. Mereka bersenda gurau sambil menanti hujan teduh.
2. Setelah bermain-main, anak-anak beristirahat di tempat yang teduh.
3. Sudah beberapa hari ini, matahari sangat teduh.
4. Samudera Pasifik, termasuk lautan yang teduh.
7. Ujung :
1. Bagian penghabisan dari suatu benda [yang panjang].
2. Bagian barang yang diruncingkan [lancip, tajam, dsb].
3. Bagian darat yang menjorok [jauh] ke laut.
4. [Bagian] akhir [pembicaraan, percakapan, tahun, dsb].
5. Maksud dan tujuan [perkataan, dsb].
1. Serangga itu merusakkan ujung akar anggrek.
2. Ada bekas noda cat di ujung hidungnya.
3. Rumahnya sangat dekat dengan ujung laut.
4. Gajinya tidak cukup sampai ke ujung bulan.
5. Saya maklum akan ujung perkatannya itu.
8. Ulet :
1. Liat; kuat [tidak mudah putus, tidak getas].
2. Tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tjuan dan cita-cita.
1. Talinya sangat ulet, terbuat dari kulit waru.
2. Musuhnya ulet, perlu dilawan dengan senjata yang ampuh.
9. Untung :
1. Sesuatu [keadaan] yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Mahakuasa bagi perjalanan hidup seseorang; nasib.
2. Mujur; bahagia.
3. Laba yang diperoleh dalam berdagang, dsb.
4. Guna; manfaat; faedah.
1. Kalau ada untung di badan, bolehlah kita bertemu lagi
2. Untunglah saat-saat demikian mereka dapat menyelamatkan diri.
3. Kita bukan pedagang yang dapat membeli sayur di desa dan menjualnya dengan untung besar di kota.
4. Apa untungnya menakut-nakuti orang.
10. Vakum :
1. Hampa udara.
2. Kosong [tidak ada petugasnya, pejabatnya, dsb].
1. Supaya benda yang akan ditaruh di ruang bola kaca itu tidak cepat rusak, ruang itu harus vakum.
2. Supaya tidak vakum, pengurus lama tetap menjalankan tugasnya sehari-hari sampai terbentuk pengurus baru.
11. Ventilasi :
1. Pertukaran udara; perputaran udara secara bebas di ruangan.
2. [Lubang] tempat udara dapat keluar masuk secara bebas.
1. Rumah sehat, adalah rumah yang cukup ventilasi dan cahaya.
2. Antara dinding dan atap terdapat jeruji besi sebagai ventilasi.
12. Wajah :
1. Bagian depan dari kepala; roman muka; muka.
2. Tokoh [pemain, dsb].
3. Apa-apa yang tampak lebih dulu.
4. Gambaran; corak.
1. Ketika aku datang, tampak wajah ibunya berseri-seri.
2. Belakangan ini, wajah artis baru sering menghiasi layar kaca.
3. Jakarta adalah wajah Indonesia.
4. Wajah remaja sekarang tidak menggembirakan, apalagi dengan banyak yang terlibat penggunaan obat terlarang.
13. Wakil :
1. Orang yang dkuasakan menggantikan orang lain.
2. Orang yang dipilih sebagai utusan negara; duta.
3. Orang yang menguruskan perdagangan, dsb untuk orang lain.
4. Jabatan yang kedua setelah yang tersebut di dalamnya.
1. Paman bertindak sebagai wakil ayah di persidangan itu.
2. Dia merupakan salah seorang wakil Indonesia di perebutan Piala Thomas.
3. Ia sebagai wakil tunggal di kotanya.
4. Sekarang ini ia menjabat sebagai wakil ketua OSIS.
14. Ya :
1. Kata untuk menyatakan setuju [ membenarkan, dsb].
2. Kata untuk memastikan, menegaskan bertanya (..... bukan).
3. Tah; gerangan.
4. Kata untuk memberi tekanan pada suatu pernyataan.
1. Ya baiklah, saya datang nanti sore.
2. Ia pacarmu ya?
3. Siapa ya yang hendak ke pasar?
4. Besok datang ya, jangan lupa.
15. Yakin :
1. Percaya [Tahu, mengerti] sungguh-sungguh; [merasa] pasti [tentu, tidak salah lagi].
2. Sungguh; sungguh-sungguh.
1. Hakim yakin akan kesalahan terdakwa itu.
2. Yakin bukan saya yang mengambil, kalau perlu saya berani sumpah.


 Analisis Data
 Taat :
1. Senantiasa tunduk [Kepada Tuhan, pemerintah, dsb]; patuh.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu:
Nabi Muhammad SAW, menyeru manusia supaya mengenal Allah dan taat kepada-Nya.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat makna kata taat secara jelas. Di dalam kalimat tersebut, Nabi Muhammad SAW menyerukan kepada manusia agar senantiasa tunduk dan patuh. Dengan demikian, makna kata taat diatas, termasuk ke dalam polisemi.
2. Tidak berlaku curang; setia.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu:
Ia adalah seorang istri yang taat.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa sang istri setia kepada suaminya dan tidak berlaku curang. Dengan demikian, makna kata taat diatas, termasuk ke dalam polisemi.
3. Saleh; kuat beribadah.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu:
Jadilah anda seorang muslim yang taat.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa seorang muslim haruslah saleh dan kuat beribadah. Dengan demikian, makna kata taat diatas, termasuk ke dalam polisemi.
 Tadi
1. Waktu yang belum lama berlalu; baru saja.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Tadi ia duduk disini bersama dengan ibu.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa baru saja ia duduk bersama dengan ibu. Dengan demikian, makna kata tadi di atas, termasuk ke dalam polisemi.
2. Saat yang baru saja lalu.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Sejak tadi ia sudah kuperingatkan.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa ia baru saja diperingatkan. Dengan demikian, makna kata tadi di atas, termasuk ke dalam polisemi.
3. Yang baru lalu.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Siang tadi, aku melihatnya duduk sendirian di taman.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa baru saja beberapa saat yang lalu, ia duduk di taman sendirian. Dengan demikian, makna kata tadi di atas, termasuk ke dalam polisemi.
 Ulet
1. Liat; kuat [tidak mudah putus, tidak getas].
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Talinya sangat ulet, terbuat dari kulit waru.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa talinya sangat kuat, karena terbuat dari kulit waru. Dengan demikian, makna kata ulet di atas, termasuk ke dalam polisemi.
2. Tidak mudah putus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tjuan dan cita-cita.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Musuhnya ulet, perlu dilawan dengan senjata yang ampuh
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa sikap tidak mudah putus asa, harus dilawan dengan senjata yang ampuh. Dengan demikian, kata ulet di atas, termasuk ke dalam polisemi.
 Vakum
1. Hampa udara.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Supaya benda yang akan ditaruh di ruang bola kaca itu tidak cepat rusak, ruang itu harus vakum.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa supaya benda di ruang bola kaca itu tidak cepat rusak, ruangannya harus yang hampa udara. Dengan demikian, kata vakum di atas termasuk ke dalam polisemi.
2. Kosong [tidak ada petugasnya, pejabatnya, dsb].
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Supaya tidak vakum, pengurus lama tetap menjalankan tugasnya sehari-hari sampai terbentuk pengurus baru.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa supaya tidak terjadi kekosongan, pengurus lama tetap menjalankan tugasnya sampai ada pengurus yang baru. Dengan demikian, kata vakum di atas termasuk ke dalam polisemi.
 Wajah
1. Bagian depan dari kepala; roman muka; muka.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Ketika aku datang, tampak wajah ibunya berseri-seri.
Dari contoh kalimat di atas, dapat terlihat bahwa roman muka ibu ketika aku datang, tampak berseri-seri. Dengan demikian, kata wajah di atas termasuk ke dalam polisemi.
2. Tokoh [pemain, dsb].
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Belakangan ini, wajah artis baru sering menghiasi layar kaca.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat bahwa tokoh artis baru belakangan ini sering muncul di layar kaca. Dengan demikian, kata wajah di atas termasuk ke dalam polisemi.
3. Apa-apa yang tampak lebih dulu.
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Jakarta adalah wajah Indonesia.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa Jakarta adalah yang tampak terlebih dahulu dari Indonesia, maka dari itu Jakarta disebut sebagai wajah Indonesia. Dengan demikian, kata wajah di atas termasuk ke dalam polisemi.
4. Gambaran; corak
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Wajah remaja sekarang tidak menggembirakan, apalagi dengan banyak yang terlibat penggunaan obat terlarang.
Dari contoh kalimat tersebut, dapat terlihat maknanya bahwa gambaran remaja sekarang tidak menggembirakan, terlebih lagi tidak sedikit remaja yang menggunakan obat terlarang. Dengan demikian, kata wajah di atas termasuk ke dalam polisemi.
 Yakin
1. Percaya [Tahu, mengerti] sungguh-sungguh; [merasa] pasti [tentu, tidak salah lagi].
Contoh penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Hakim yakin akan kesalahan terdakwa itu.
Dari contoh kalimat di atas, dapat terlihat maknanya bahwa hakim percaya kalau terdakwa tersebut bersalah. Dengan demikian, kata yakin di atas termasuk ke dalam polisemi.
2. Sungguh; sungguh-sungguh.
Contoh dari penerapannya di dalam kalimat, yaitu :
Yakin bukan saya yang mengambil, kalau perlu saya berani sumpah.
Dari contoh kalimat di atas, dapat terlihat maknanya bahwa sungguh-sungguh bukan dia yang mengambilnya. Dengan demikian, kata yakin di atas termasuk ke dalam polisemi.

4. Kesimpulan
Dari data-data yang saya peroleh, dapat disimpulkan bahwa kata-kata seperti taat, tadi, tahan, tajam, takut, teduh, ujung, ulet, untung, vakum, ventilasi, wajah, wakil, ya, dan yakin, semuanya adalah kata-kata yang berpolisemi. Kata-kata tersebut memiliki makna yang lebih dari satu, dan juga penggunaan kata-kata tersebut berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Http://ivanlanin.posterous.com/sinonim-antonim-homonim-homofo#ixzz0G959VvUF&A
www.google.com
Read More..

makalah bahasa Indonesia: makna semantik

BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Lalu apakah pengertian dari makna, jenis-jenis dari makna, dan relasi makna? Menurut Mansoer Pateda (2001:79) bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ada beberapa jenis makna, antara lain makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi, dan makna konotasi. Selain itu, ada juga yang disebut relasi makna yaitu Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain.
Pada bagian selanjutnya dari makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, jenis-jenis dari makna, dan relasi makna.


BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Makna
Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.


Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

B. Jenis Makna

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat).
Contoh:
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia
makan : mengunyah dan menelan sesuatu
makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan

Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).
Contoh:
berumah : mempunyai rumah
rumah-rumah : banyak rumah
rumah makan : rumah tempat makan
rumah ayah : rumah milik ayah


2. Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya.
Contoh:
merah : warna seperti warna darah.
ular : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik.

Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu.
Contoh:
Makna dasar Makna tambahan
(denotasi) (konotasi)
merah : warna …………………… berani; dilarang
ular : binatang ………………… menakutkan/ berbahaya

Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi.

Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.
Contoh:
 Konotasi positif - Konotasi negatif:
suami istri; laki bini
tunanetra; buta
pria; laki-laki
Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra.

C. Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain.

Masalah-masalah yang dibicarakan pada relasi makna :
1. Sinonim : hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.
Contoh : benar = betul.

Faktor ketidaksamaan dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan
sama persis adalah :
a. Faktor waktu, contoh : hulubalang dan komandan
b. Faktor tempat, contoh : saya dan beta
c. Faktor keformalan, contoh : uang dan duit
d. Faktor sosial, contoh : saya dan aku
e. Faktor bidang kegiatan, contoh : matahari dan surya
f. Faktor nuansa makna, contoh : melihat, melirik, menonton

2. Antonim : hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang maknanya
menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.
Contoh : hidup x mati

Jenis antonim :
a. Antonim yang bersifat mutlak, contoh : diam x bergerak
b. Antonim yang bersifat relatif / bergradasi, contoh : jauh x dekat
c. Antonim yang bersifat relasional, contoh : suami x istri
d. Antonim yang bersifat hierarkial, contoh : tamtama x bintara

3. Polisemi
Adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh :
kata kepala :
1. Kepala yang berarti bagian tubuh yang bagian atas.
2. Kepala yang menyatakan pimpinan

4. Homonim
Adalah dua kata kebetulan bentuk, ucapan, tulisannya sama tetapi beda makna.
Contoh :
Bisa :
1. Bisa yang berarti racun
2. Bisa yang berarti dapat atau mampu

5. Homofon
Adalah dua kata yang mempunyai kesamaan bunyi tanpa memperhatikan
ejaanya, dengan makna yang berbeda.
Contoh :
1. Bang : sebutan saudara laki-laki
2. Bank : tempat penyimpanan dan pengkreditan uang

6. Homograf
Adalah dua kata yang memiliki ejaan sama, tetapi ucapan dan maknanya beda.
Contoh :
1. Apel : buah
2. Apél : rapat, pertemuan

7. Hiponim dan hipernim
Hiponim adalah sebuah bentuk ujaran yang mencakup dalam makna bentuk ujaran lain. Hipernim adalah bagian dari hiponim.
Contoh :
Hiponim : buah-buahan
Hipernim dari buah-buahan misalnya anggur.

6. Ambiguiti / Ketaksaan
Adalah gejala yang terjadi akibat kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal
yang berbeda. Tergantung jeda dalam kalimat.

7. Redundansi
Adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk
ujaran.

D. Perubahan Makna
1. Perluasan Makna (generalisasi)
Perluasan makna ialah perubahan makna dari yang lebih khusus atau sempit ke yang lebih umum atau luas. Cakupan makna baru tersebut lebih luas daripada makna lama. 
Contoh:
makna lama makna baru
bapak: orang tua laki-laki semua orang laki-laki yang lebih tua atau 
berkedudukan lebih tinggi.
saudara: anak yang sekandung semua orang yang sama umur/ derajat.

2. Penyempitan Makna (Spesialisasi)
Penyempitan makna ialah perubahan makna dari yang lebih umum/ luas ke yang lebih khusus/ sempit. Cakupan baru/ sekarang lebih sempit daripada makna lama (semula).
Contoh:
makna lama: makna baru:
sarjana : cendikiawan . lulusan perguruan tinggi
pendeta : orang yang berilmu guru Kristen
madrasah : sekolah sekolah agama Islam

3. Peninggian Makna (ameliorasi)
Peninggian makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tingg/ hormat/ halus/ baik nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama: makna baru:
bung : panggilan kepada orang laki-laki panggilan kepada pemimpin
putra : anak laki-laki lebih tinggi daripada anak

4. Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna ialah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik/ kurang menyenangkan nilainya daripada makna lama.
Contoh:
makna lama: makna baru:
bini: perempuan yang sudah dinikahi lebih rendah daripada istri
bunting: mengandung lebih rendah dari kata hamil

5. Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh: 
makna lama: makna baru:
amplop : sampul surat uang sogok
bunga : kembang gadis cantik
Mencatut: mencabut dengan catut menarik keuntungan

6. Pertukaran (sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
suaranya terang sekali (pendengaran penglihatan)
rupanya manis (penglihat perasa)
namanya harum (pendengar pencium)




BAB III
PENUTUP

A.Simpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna. 
            Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
B.Saran
Semantik merupakan cabang linguistik yang penting dipelajari. Dengan mempelajari semantik, kita akan tahu tentang makna-makna bahasa, karena semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna.


 DAFTAR PUSTAKA

geocities.com/dicoba83/Semantik_files/semantik.pdf
http://cakrabuwana.files.wordpress.com/2008/09/rina-ekawati-bab-71.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Semantik
http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/makna/http://library.usu.ac.id/download/fs/06001583.pdf
http://one.indoskripsi.com/node/3241

Read More..

emoticon chat facebook

facebook users is uncounted in all over the world. so does the use of chatting in facebook. people chat with others and express their feeling by applying emoticon. here it is emoticons that available in facebook:
(^^^) = Shark

:) or :-) or =) or :] = Smile
:D or :-D or =D = Big smile

>:o or >:-o = Smile with close eyes

:o
 
or :-o = Surprise

:(
 or :-( or =( or :[ = Sad face

;)
 or ;-) = Wink

:'(
 
= Crying

:*
 
or :-* = Kiss
:p
 or :-p = Tongue
>:(
 
or >:-( = Angry
<3
 = Heart. This also works in any facebook message, not only in the chat. Works on the wall, status messages, private messages, comments or where you want.


:3
 
= Cat face , mustache.


^_^
 = Pleasant face


-_-
 
= Pleasant face with eyes down


O:)
 
or O:-) = Angel

3:)
 
or 3:-) = Devil
:v
 = Pacman


:|]
 = Robot


8)
 
or 8-) or B) or B-) = Glasses
8|
 
or 8-| or B| or B-| = Dark glasses

:/
 
or :-/ or :\ or :-\ = Confuse
o
.O or O.o = Big and small eye



Read More..

Thursday, July 29, 2010

makalah bahasa Indonesia: karangan persuasif

Makalah Bahasa Indonesia Tentang Karangan Persuasi

Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin dan kehendakNya lah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “paragraf persuasi” tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah Bahasa Indonesia serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu ibu Siti Ansoriyah serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi Universitas Negeri Jakarta. Amien ya Rabbal ‘alamin.
Jakarta, 28 Juli 2010
                                                                                                                       
                                                                                                                        Penulis


Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………..1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………..2
BAB I.
Pendahuluan……………………………………………………………………………..3
BAB II
Persuasi…………………………………………………………………………………….4
BABIII
Kesimpulan……………………………………………………………………………..12
Kritik ……………………………………………………………………………………..12
Saran………………………………………………………………………………………12
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………….13










BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menulis paragraf persuasi termasuk kegiatan mengarang. Hasil dari kegiatan mengarang adalah berupa karangan. Karangan merupakan bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan menulis atau pengarang dalam kesatuan yang utuh.
Untuk menulis sesuatu hal yang menarik kita perlu berfikir. Sebuah paragraf yang menarik, pertama kita harus tahu paragraf. Paragraf merupakan sekelompok kalimat yang mengandung beberapa informasi yang relevan tentang suatu ide. Paragraf yang baik biasanya terpusat pada satu topik kalimat. Ketika kita mempunyai petunjuk untuk mulai menulis, kita dapat menyelesaikan paragraf tersebut dengan sukses. Sebuah kalimat topik akan membantu kita untuk memilih informasi yang relevan.
Pada dasarnya paragraf terdiri dari 3 bagian, yaitu perkenalan, isi dan kesimpulan. Pada bagian perkenalan, sebuah paragraf akan secara langsung memaparkan sesuatu yang menjadi tema atau topik paragraf tersebut. Dalam bagian ini masalah belum sepenuhnya dipaparkan. Biasanya hanya secara global saja sebuah masalah itu diperkenalkan. Kemudian pada bagian isi, tema paragraf tersebut mulai memunculkan masalah utamanya, yang tadinya global kemudian mulai mengerucut. Ide pokoknya mulai menampakkan klimaksnya. Dan yang terakhir merupakan bagian kesimpulan. Bagian berisi suatu pemecahan dari masalah yang telah dipaparkan pada bagian isi tadi. Di bagian ini pula diberikan suatu kesimpulan tentang paparan yang sudah tertulis diatas.






BAB II
PEMBAHASAN
Persuasi
            Karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat banyak. Lazimnya berbentuk prosa.
1. Pengertian
Persuasi(menurut Gorys Keraf) suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh pembicara (bentuk lisan, misalnya pidato) atau oleh penulis (bentuk tulisan, cetakan,elektronik) pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang.
2. Syarat-syarat
a. Watak dan kredibilitas pembicara harus percaya diri dan mampu meyakinkan pendapatnya itu kepada orang lain.
b. Kemampuan pembicara mengendalikan emosi. Hal ini akan mendukung keputusan yang diambilnya.
c. Diperlukan bukti-bukti yang meyakinkan untuk mendukung kebenarannya.
3. Ciri-ciri persuasi
a. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya.
b. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
c. Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara. pembicara/penulis dan yang diajak berbicara/pembaca.
d. Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
e. Harus ada fakta dan data secukupnya.
4. Yang tergolong kedalam persuasi
a. Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan penjual jamu ditempat-tempat terbuka.
b. Bentuk tulisan berupa iklan dan selebaran.
c. Bentuk elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan internet

Contoh :
Sehat Karna Air Putih
Buah hati kami, Ananda Dany Rifky Firdaus (2,5 tahun), bisa dipanggil rifky. Ia lahir melalui proses cesar. Sejak usia dua minggu, ia sering sakit-sakitan. Bilirubinnya tinggi, mencapai 24,0, sehingga harus dirawat inap dirumah sakit. Untuk mengisi kekurangan cairan tubuhnya, selama diopname itu, ia mesti minum susu formula.” Saya sendiri hanya mampu memberi ASI sampai usianya 5 bulan. Setelah satu minggu dirumah sakit dan satu bulan berobat jalan, bilirubinnya normal kembali hingga 0,1,” kata ibunya.
Di usia 9 bulan ia sakit lagi. Dokter mendiaknosis ia terkena infeksi saluran kencing. Berulang-ulang ia harus menjalani tes urin. Untunglah dua bulan kemudian hasil tes itu negatif , yang berarti kondisinya membaik.
Ketika usia enam belas bulan ia kembali terkena infeksi saluran kencing, setiap kali hasil tes urin positif, ia harus minum obat antibiotika, hingga lima kali tes urin. Pada tes ke-6, syukurlah hasilnya sudah negatif. Saat tiga bulan kemudian ia dites ulang hasilnya benar-benar negatif.
Selain itu, Rifky juga pernah diopname selama satu minggu karena pneumonia. Panas badannya meninggkat dan daya tahan tubuhnya pun melemah. Menurut dokter ia kemungkinan tertular virus itu dirumah sakit.
“Jangan pernah membawa anak kerumah sakit, kecuali dalam keadaan sakit, karena disana terdapat berjuta-juta virus dan kuman,” begitu pesan dokter. Pesan itu selalu saya ingat, tapi tentu sulit menghindari Rifky dari rumah sakit karena ia juga bolak-balik sakit.
Walaupun sering sakit, tubuh Rifky tetap gemuk dan perkembangannya normal.”Kami tentu tak ingin ia terus-menerus berurusan dengan obat, apalagi antibiotika. Karena itu kami berusaha keras menjaga kesehatannya, salah satunya dengan memberinya banyak minuman air putih dalam kemasan,” kata ibunya.
“Sudah hampir satu tahun ia terbiasa minum air putih. Sekali minum ia bisa menghabiskan sebotol air berukuran 600 mililiter. Kalau malam-malam ia terbangun dari tidur, yang dimintai juga air putih. Sejak doyan minum air putih, ia jarang sekali sakit. Mungkin air itu telah mencuci racun tubuhnya. Ia sekarang makin aktif dan suka berenang. Kami berharap ia selalu tumbuh sehat,” kata ibunya lagi.
(Widya Shinta W.S,31 tahun, ibu rumah tangga, ibu satu anak , tinggal di Tangkerang)
Dalam uraian dibawah ini disajikan macam-macam persuasi ditinjau dari medan pemakaiannya. Dari segi ini, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Persuasi politik
2. Persuasi pendidikan
3. Persuasi advertensi
4. Persuasi propaganda
1. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti. Naskah persuasi politik berikut ini berkombinasi dengan eksposisi.
BILA SI MPR HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN RENDRA DAN EEP SERUKAN PEMBANGKANGAN
Setiap orang indonesia yang sadar hak-haknya haruslah siap melakukan gerakan pembanggkangan warga negara. Itu perlu, terutama bila agenda nasional berupa Sidang Istimewa (SI) MPR mendatang ini akhirnya hanya merupakan forum konstitusional bagi para elit politik untuk berbagi kesuasaan antar mereka hingga melupakan kepentingan umum masyarakat.
Dramawan W.S. Rendra bersama pengamat politik Eep Saefullah Fatah disertai sejumlah praktisi ekonomi dan seniman dengan lantang menyerukan itu dalam sebuah konfrensi pers di Kantor Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis(19/7) siang.
Seruan agar masyarakat melakukan pembanggkangan warga negara ini, kata Eep dan Rendra, diungkap sebagai wujud keprihatinan mereka sebagai warga negara atas terjadinya arus utama politik dan ekonomi yang terus menerus menempatkan rakyat sebagai korbannya.
Pembangkangan warga negara diperlukan, demikian argumen Eep terutama bila proses transisi ke arah demokrasi sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan demokrasi oleh kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada otoritarianisme.
Menurut Eep, hal inilah yang kini membayangi proses transisi yang tengah bergulir di negara ini, terutama jika menyaksikan si MPR yang kini telah dipersiapkan tak lebih sebagai arena pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan mahal ini dibuat demi upaya bisa melakukan pergantian kekuaasan. “Sementara agenda mendasar yang perlu dikerjakan bisa membuat rakyat bisa keluar dari krisis ekonomi yang mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru diabaikan”, jelas Eep.
Lebih menyedihkan lagi,tambahnya,ketika arus politik dan ekonomi yang telah menempatkan rakyat sebagai korbannya ini seolah-olah hanya dilawan oleh pembangkangan militer dan polisi. Citra yang terbangun oleh pemberitaan pers bahkan telah menempatkan parlemen-parlemen seolah-olah sebagai pahlawan yang ingin melawan arus itu.”Padahal, sesungguhnya jutru DPR-lah yang telah ikut mengalirkannya,” ujar mahasiswa Ohaio State University,AS ini.
W.S Rendra menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah obat mujarap yang mampu mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan yang baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi antar sesama warga negara dan aturan-aturan main yang demokratis. “Dari perspektif kebudayaan, situasi sekarang ini menjadi tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan yang benar. Apalagi rakyat sering dianggap sebagai massa bukan lagi insan manusia yang juga warga negara”, jelas tokoh pendiri Bengkel Teater ini berapi-api.
Penggiat seni, Edi Haryono, yang membaca naskah “Seruan bagi Gerakan Pembangkitan Warga Negara”, menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini berjalan ditengah ketiadaan aturan main bernegara yang demokratis telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola dipolitika dan ekonomi telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola di atas aturan main yang compang-camping, tidak utuh dan belum demokratis.
(Kompas,26 Juli 2001)
2. Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan persuasi pendidikan.
KERAPIAN BERBAHASA BERKOLERASI DENGAN KECERMATAN PENALARAN
Keterampilan berbahasa perlu diposisikan berbanding sejajar dengan kerapian berbahasa. Artinya, kepiawaian berbahasa seseorang harus didukung bahkan ditentukan oleh kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya.
“Mengenai hal ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian berbahasa sangat berkorelasi dengan kecermatan penalaran,” kata Dr. Hasan Alwi, mantan kepala pusat bahasa, di sela-sela seminar nasional XI Bahasa dan Sastra indonesia, di Denpasar (Bali) yang berlangsung 10-12 juli 2001.
Menurut Hasan Alwi, pemakaian bahasa yang rapi dan dilandasi oleh penalaran yang cermat merupakan syarat mutlak dalam keterampilan berbahasa. Dua hal ini sekaligus akan sangat membantu kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan perpaduan ideal itu masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa indonesia-baik tulis maupun lisan- dikalangan masyarakat indonesia yang masih terkesan sembrono, serta mengabaikan prinsip-prinsip dasar bahasa indonesia yang baik dan benar. “Jika ditinjau dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu pemakaian bahasa indonesia yang dihasilkan itu sering sekali membuat para pakar dan pengamat bahasa berkecil hati”. Kata Hasan Alwi.
(Kompas, 10 Juli 2001)
3. Persuasi Advertensi/Iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.
Contoh persuasi iklan:
Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan perhitungan yang matang.
Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.
Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chun Shan yang menjadi padang golf baru pertama di cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di samping itu, nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
Di balik senyum yang telah menjadi tokoh televisi. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail.
Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf yang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya.
Menjaga ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-date.”Bagi saya golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!”
Suatu pujian yang berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.
(Intisari)
4. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda. Perhatikan kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini.

Perilaku menyampah
Di kota-kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoran fast food cenderung menggunakan kemasan yang terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang. Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya indonesia. Budaya indonesia menggunakan kemasan daun pisang atau daun jati.
Sebenarnya volume sampah bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-baikna atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.
Semaksimal mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik, stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli,ambil saja makanannya, kemasannya dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.











BAB III
KESIMPULAN
Persuasi merupakan Karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat banyak.
Karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
  1. Persuasi politik
  2. Persuasi pendidikan
  3. Persuasi advertensi
  4. Persuasi propaganda
Yang semuanya sudah mempunyai contohnya masing-masing yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aveling,Harry.2002.Rumah Sastra Indonesia.Magelang:Indonesiatera.
Finoza, Lamudin.2006.komposisi bahasa indonesia.jakarta:Diksi Insan Mulia.
Sahid Warsanto, Ichsan.Dkk.2004.Kaji Latih Bahasa Dan Sastra Indonesia.Jakarta:Bumi aksara
Read More..